Kamis, 05 Februari 2009

menometrorrhagia

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “W” DENGAN MENOMETRORRHAGIA SUSPECT HYPERPLASIA ENDOMETRIUM + ANEMIA DI RUANGAN GINEKOLOGI

IRNA A KEBIDANAN RSUP DR M DJAMIL PADANG

TANGGAL 22- 23 SEPTEMBER 2008

OLEH

YUNITA SAFITRI

(06042591)

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES PADANG

JURUSAN KEBIDANAN

2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT karena atas karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “W” DENGAN MEOMETRORRHAGIA SUSPECT HYPERPLASIA ENDOMETRIUM + ANEMIA DI RUANGAN GINEKOLOGI IRNA A KEBIDANAN RSUP DR M DJAMIL PADANG TANGGAL 22- 23 SEPTEMBER 2008 “ ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bu Siska Helina, S. ST selaku pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk dalam pembuatan makalah ini

2. Bu Murnita, Amd. Keb selaku pembimbing lapangan yang telah membantu dan memberikan masukan- masukan yang baik dalam pembuatan makalah ini

3. Bu Wirmanetti yang telah bersedia membantu dalam kelancaran pembuatan makalah ini

4. Selanjutnya pada seluruh staf di ruang Ginekologi Irna A Kebidanan RSUP M Djamil Padang juga pada teman- teman yang telah banyak membantu

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan- kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dalam pembuatan makalah ini lebih baik selanjutnya. Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi semua pembaca dan dapat bermanfaaat.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Wassalam…

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Menorrhagia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak yang terjadi sesuai dengan siklus haid. Sedangkan yang dimaksud dengan metrorrhagia adalah perdarahan yang tidak teratur yang tidak ada hubungannya dengan haid.

Menometrorrhagia merupakan perdarahan uterus yang berlebihan yang terjadi pada dan diantara siklus haid. Ini disebut juga dengan perdarahan disfungsional. Menometrorrhagia banyak sekali terjadi pada wanita dalam masa pubertas dan masa menjelang menopause. Setelah beberapa hari observasi di ruangan Ginekologi Irna A Kebidanan Padang, penulis banyak melihat dan mendapatkan kasus pasien dengan diagnosa menometrorrhagia, oleh karena itu, penulis mencoba untuk mengangkat dan membahas kasus menometrorrhagia yang khususnya ditujukan pada pasien Wirmanetti. Sekaligus untuk mengobservasi keadaan pasien tersebut lebih lanjut.

Beberapa penyebab pada perdarahan ini antara lain karena kelainan anatomis rahim (seperti adanya polip rahim, mioma uteri, dll), adanya siklus anovulatoir ( ditandai dengan siklus haid yang memanjang ), dan karena ketidakseimbangan hormon yang mempengaruhi siklus haid.

  1. Tujuan

  1. Tujuan Umum

Sebagai bahan pembelajaran dalam pemenuhan tugas di Ginekologi Irna A Kebidanan RSUP DR M Djamil Padang

  1. Tujuan Khusus

- mengetahui definisi dari menometrorrhagia

- mengetahui penyebab dari menometrrhagia

- mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien dengan diagnosa menometrorrhagia

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

  1. Definisi

Menorrhagia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai bekuan darah sewaktu menstruasi pada siklus haid yang teratur.

( Ginekologi, FK UNPAD )

Metrorrhagia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.

( Ginekologi, FK UNPAD )

Menometrorrhagia adalah perdarahan uterus berlebihan yang terjadi pada dan diantara periode haid.

( Kamus Kedokteran DORLAN )

Menometrorhagia merupakan perdarahan bukan haid yaitu perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Perdarahan ini tampak berpisah dan dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu, yaitu menorrhagia dan menometrorrhagia.

  1. Penyebab

Menometrorhagia kebanyakan terjadi karena ketidakseimbangan hormonal yang mempengaruhi siklus haid.

Sebab- sebab organis

Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh pada :

a. serviks uteri, seperti polip serviks, erosion persionis uteri, ulkus pada porsio, dan CA serviks

b. korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, mola hidatidosa, koriokarsinoma, hyperplasia endometrium, sarcoma uteri, mioma uteri

c. tuba fallopii, seperti KET, radang tuba, tumor tuba

d. ovarium, seperti radanng ovarium, tumor ovarium, dan lain- lain

Sebab- sebab fungsional

Disebut juga dengan perdarahan disfungsional yaitu perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab- sebab organic.

Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause, nama lainnya disebut “metropathia haemorrhagica cystica” atau folikel persisten

( Schroder ).

3. Patologi

Tahun 1915, Schroder melakukan penelitian pada ovarium dan uterus pada waktu yang sama, menarik kesimpulan gangguan perdarahan “ metropatia hemoragika “ ini terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah, sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum.

Akibatnya, terjadilah hyperplasia endometrium ( penebalan endometrium ) karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus- menerus.

Perdarahan disfungsional ini dapat dibagi menjadi :

a. Perdarahan ovulatoar

b. Perdarahan anovulatoar

Perdarahan ovulatoar

Perdarahan ini merupakan ± 10 % dari perdarahan disfungsional dengan siklus pendek

( polimenore ) atau panjang ( oligomenore ).

Untuk menegakkan diagnosa, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid.

Perdarahan anovulatoar

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium, dengan menurunnya kadar estrogen di bawah tingkat tertentu maka timbullah perdarahan yang bersifat siklik atau kadang- kadang tidak teratur sama sekali.

Folikel- folikel mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia kemudian diganti dengan folikel- folikel yang baru.

Endometrium tumbuh terus dibawah pengaruh estrogen yang lama kelamaan menjadi hyperplasia endometrium. Dapat disimpulkan bahwa itu perdarahan anovulatoar, jika dilakukan kerokan dan diambil sediaan darah yang diperoleh saat kerokan.

Pada wanita dalam masa pubertas, untuk membuat diagnosa tidak perlu dilakukan kerokan. Tapi pada wanita yang berumur 20- 40 tahun kemungkinan bisa polip, mioma, dan sebagainya. Pada wanita dalam masa pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada atau tidaknya tumor ganas.

4. Penanganan

Kadang- kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan dilkukan transfusi darah. Jika telah dilakukan pemeriksaan ginekologi dan tidak terdapat sebab- sebab kelainan organic maka dapat dicurigai sementara waktu perdarahan dipengaruhi oleh hormon steroid.

Dapat diberikan :

- estrogen dalam dosis tinggi agar perdarahan berhenti

- progesteron untuk mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endomerium

Terapi yang dapat diberikan adalah :

- kuretase

- hormonal pada wanita muda jika perdarahannya bersifat anovulatoardan pada wanita tua dapat dilakukan hysterektomi.

HIPERPLASIA ENDOMETRIUM

Hiperplasia endometrium adalah suatu masalah dimana terjadi penebalan/pertumbuhan berlebihan dari lapisan dinding dalam rahim (endometrium), yang biasanya mengelupas pada saat menstruasi.
Hiperplasia endometrium biasa terjadi akibat rangsangan / stimulasi hormon estrogen yang tidak diimbangi oleh progesteron. Pada masa remaja dan beberapa tahun sebelum menopause sering terjadi siklus yang tidak berovulasi sehingga pada masa ini estrogen tidak diimbangi oleh progesteron dan terjadilah hiperplasia. Kejadian ini juga sering terjadi pada ovarium polikistik yang ditandai dengan kurangnya kesuburan (sulit hamil).


GEJALA
Gejala dari hiperplasia endometrium, antara lain : siklus menstruasi tak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama (amenore) ataupun menstruasi terus-menerus dan banyak. Selain itu, akan sering mengalami plek bahkan muncul gangguan sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya.
Dampak berkelanjutan dari penyakit ini, adalah penderita bisa mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia. Hubungan suami-istri pun terganggu karena biasanya terjadi perdarahan yang cukup parah.

Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim terjadi karena kerja hormon estrogen. Makanya, jika terjadi penebalan berlebih itu menunjukkan adanya peningkatan berlebih dari kadar hormon estrogen itu sendiri.
Pada kasus umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat dipicu oleh tumbuhnya kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi karena faktor ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon estrogen tak diimbangi oleh peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya dialami oleh wanita yang tergolong berbadan gemuk karena produksi estrogennya berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium sebenarnya bisa dialami siapa pun, baik yang sudah memiliki anak maupun belum.

Terjadinya penebalan dinding rahim bisa diketahui dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Namun untuk memastikannya perlu dilakukan kuratase. Hasil kuretan dinding rahim akan dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk didiagnosa lebih lanjut.

KLASIFIKASI
Berdasarkan kajian medis, gangguan penebalan dinding rahim ini bisa dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Simplek : kategori ringan dan tak akan berakhir dengan keganasan sehingga penderita tetap masih bisa hamil.
2. Kistik / Kelenjar / Adenomatous: juga tergolong tidak berbahaya.
3. Atipik : kategori berbahaya, biasanya merupakan cikal bakal terjadinya kanker. Ini yang perlu diwaspadai.

Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai berikut:


1.) Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk menghentikan perdarahan.
2.) Selanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan kadar hormon di dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek samping yang bisa terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan sebagainya. Rata-rata dengan pengobatan hormonal sekitar 3-4 bulan, gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi.
3.) Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan, biasanya akan diganti dengan obat-obatan lain.
Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali normal.
Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa mempersiapkan diri untuk kembali menjalani kehamilan. Namun alangkah baiknya jika terlebih dahulu memeriksakan diri pada dokter. Terutama pemeriksaan bagaimana fungsi endometrium, apakah salurannya baik, apakah memiliki sel telur dan sebagainya.
4.) Khusus bagi penderita hiperplasia kategori atipik, jika memang terdeteksi ada kanker, maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi pengangkatan rahim. Penyakit hiperplasia endometrium cukup merupakan momok bagi kaum perempuan dan kasus seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka dari itu akan lebih baik jika bisa dilakukan pencegahan yang efektif.

PENCEGAHAN
Langkah-langkah bisa yang disarankan untuk pencegahan, seperti:
* Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin, untuk deteksi dini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim.
* Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar menstruasi apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak ataupun tak kunjung haid dalam jangka waktu lama.

ANEMIA

DEFINISI
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.

Sumber yang lain mengatakan bahwa anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hemtokrit) per 100 ml darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

ETIOLOGI
Etiologi umum dari anemia adalah :


1.Perdarahan hebat
• Akut (mendadak)
-Kecelakaan
-Pembedahan
-Persalinan
-Pecah pembuluh darah
• Kronik (menahun)
- Perdarahan hidung
- Wasir (hemoroid)
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip di saluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang sangat banyak


2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
- Kekurangan zat besi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik


3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
- Pembesaran limpa
- Kerusakan mekanik pada sel darah merah
- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
- Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
- Sferositosis herediter
- Elliptositosis herediter
- Kekurangan G6PD
- Penyakit sel sabit
- Penyakit hemoglobin C
- Penyakit hemoglobin S-C
- Penyakit hemoglobin E
- Thalasemia
4. Kegagalan dan kerusakan sumsum tulang
- Anemia aplastik
- Keganasan
- Osteoporosis
- Myelo fibrosis (penyakit ginjal kronis dan defisiensi vitamin D)

TANDA DAN GEJALA
Gejala dan tanda-tandanya yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini bervariasi, dan merupakan respons atas kompensasi jantung dan pernafasan berdasarkan berat dan lamanya jaringan mengalami kekurangan oksigen.
Tanda-tanda dan gejala (sindrom) anemia adalah penderita mengeluh lemah, sakit kepala, telinga mendenging, penglihatan berkunang-kunang, merasa cepat letih, sempoyongan, mudah tersinggung, menstruasi berhenti, libido berkurang, gangguan saluran cerna, sclera ikterik, organ limpa membesar, sesak nafas (mula-mula nafas dalam, lama-kelamaan nafas menjadi dangkal akhirnya payah jantung sampai syok), nadi lemah dan cepat, hipotensi ortostatik serta tekanan darah sedikit naik sebagai akibat refleks penyempitan pembuluh darah arteriola. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

PEMERIKSAAN YANG DIPERLUKAN
1. Anamnesis : keluhan anemia pada umumnya merupakan riwayat penyakit atau kalau perlu riwayat penyakit pada keluarga (pada kelainan herediter).
2. Pemeriksaan Fisik :
KU, konjungtiva palpebra, sklera, bibir, lidah, kelainan congenital, bentuk kepala, wajah, jantung/paru, pembesaran kelenjar, hati dan limpa.
3. Laboratorium :
- Kadar Hb, jumlah eritrosit, leukosit, hitung jenis, hematokrit (nilai mutlak MCV, MCHC, MCH), gambaran apusan darah tepi.
- Retikulosit, jumlah trombosit
- Bone Marrow Punction (BMP)
- Kadar besi serum
- Resistensi eritrosit
- Hb patologis, Hb elektroforesis, tes koagulasi darah
- Bilirubin direk/indirek, tes Coomb
4. Pemeriksaan penunjang lain :
- Rontgen foto tulang tengkorak, tulang panjang
- EKG pada anemia gravis dan atau dekompensasi jantung


TATALAKSANA
Penderita baru dengan anemia tidak perlu dirawat inap bilamana tidak ada indikasi antara lain :
a. Keadaan umum jelek, gagal jantung (mengancam), dan ada perdarahan
b. Anemia berat : Hb < 7 gr %
c. Ada tanda-tanda keganasan atau penyakit lain dengan indikasi perlu perawatan
d. Diagnosis belum jelas dan perlu pemeriksaan intensif, khususnya untuk menemukan etiologi atau penyakit primer
e. Perlu pemeriksaan dengan persiapan khusus


Tatalaksana penderita rawat inap tergantung pada jenis anemia dan etiologinya.
Pasien dengan anemia harus ditransfusi yaitu pada keadaan :
1. Sebelum operasi segera, jika Hb < 10 gr%
2. Pendarahan aktif
3. Tampaknya tidak ada terapi spesifik yang efektif
4. Selama terapi supresif sumsum tulang (missal kemoterapi)
5. Jika ada defek yang berkaitan dalam transfer oksigen (missal dekompensasi jantung atau dekompensasi pernafasan)
6. Jika ada peningkatan kebutuhan oksigen
Pasien dengan anemia tidak boleh ditransfusi pada keadaan :
1. Anemia ringan pada pasien muda
2. Jika anemia dapat pulih kembali dalam waktu singkat
3. Sebagai “persiapan utama” preoperatif untuk operasi efektif, jika tersedia terapi definitive (misalnya defisiensi besi)
4. Jika efek hemodilusi dari anemia mungkin menguntungkan (misalnya kehamilan anemia pada penyakit kronis, penyakit vaskular).


Tatalaksana penderita rawat jalan pada prinsipnya serupa dengan penderita rawat inap, yaitu :
1. Medikamentosa tergantung dari jenis anemianya
2. Pengawasan keadaan klinis dan laboratories, dengan kemungkinan perlu dirawat inap atas berbagai indikasi.


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Menometrorrhagia adalah pengeluaran darah yang banyak, lama, dan tidak teratur yang dapat terjadi pada dan diantara periode haid.

Penyebabnya dapat berupa kelainan anatomis atau hormonal secara fisiologis maupun patologis.

Beberapa penyebab antara lain adalah karena kelainan anatomis, seperti polip rahim dan lain- lain.

Penyebab yang lain bisa terjadi karena ketidakseimbangan hormone yang mempengaruhi siklus haid.

Pada kasus ny”W” ini, setelah dilakukan pengkajian adalah kemungkinan penyebabnya terjadi karena ketidakseimbangan hormone pada usia ibu yang menjelang menpause ini. Dapat dilihat dari hasil pemeriksaan dengan USG terlihat adanya penebalan di endometrium ibu, ini kemungkinan terhjadi karena ketidakseimbangan hormone tadi ditambah lagi dengan usia ny”W” di atas 40 tahun ini dapat terjadi keganasan makanya untuk mendeteksi hal itu harus dilakukan kuretase dan diambil sampel untuk pemeiksaan laboratorimnya untuk memastikan ini kanker atau tidak.

2. Saran

Ny”W” diharapkan bisa tetap tenang dalam mengikuti semua tindakan pengobatan yang diberikan, untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan KU ibu sebaiknya ibu lebih memperhatikan pola makan ibu, hindari hal- hal yang membuat ibu stress karena hal ini juga dapat membuat keadaan ibu buruk. Ibu harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap apa yang menjadi penyebab pasti dari penyakit ibu ini, yaitu dengan jalan kuretase.

DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo, Sarwono. 2005. ILmu Kandungan. Jakarta : YBP.

Ginekologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi FAkultas Kedokteran UNPAD.

www.google.com